Jumat, 08 Maret 2013

PERLAMBANGAN PADA PUISI "Kemis Pagi" - Taufik Ismail


A.      PENGERTIAN PERLAMBANGAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal misalnya merah putih sebagai lambang Negara kita. Demikian juga gambar-gambar yang terdapat di dada Burung Garuda lambang Negara kita: gambar bintang melambangkan sila pertama dari Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Gambar rantai melambangkan Kemanusiaan yang adil dan beradab sebagai sila kedua. Gambar pohon beringin sebagai lambang sila ketiga, yakni persatuan Indonesia. Gambar kepala banteng melambangkan kerakyatan sebagai sila keempat. Kemudian gambar padi dan kapas sebagai lambang sila kelima, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari contoh tersebut kita mengetahui bahwa pengertian simbolisasi atau perlambangan dalam puisi tidak mengacu pada gambar atau benda yang menggantikan pengertian tertentu akan tetapi mengacu pada kata atau lambang kebahasaan lain yang digunakan untuk menggantikuan suatu pengertian atau hal lain. Misalnya, kata melambangkan pengertikan pengertian berani atau marah, kata kelabu dalam minggu kelabu menggantikan suasana sedih.

B.       TUJUAN PERLAMBANGA DALAM PUISI
Dengan lambang-lambang diharapakan pengertian yang ada dibalik lambang itu menjadi lebih konkret, lebih nyata dan mudah ditangkap oleh pancaindera.
Misalnya keberanian dan kesucian yang dilambangkan dengan merah putih. Baik keberanian dan kesucian sangat abstrak. Kedua sifat tersebut merupakan keputusan pikiran setelah menyaksikan sesuatu tindakan atau sifat sesuatu benda. Selanjutnya walaupun merah dan putih juga merupakan sifat, tetapi wujudnya atau realitasnya dapat kita tangkap dengan indera mata.
Lambang-lambang pada puisi erat sekali dengan tujuan penyair untuk menjadikan puisi-puisinya lebih mudah ditangkap oleh pembaca. Atau dengan kata lain erat sekali dengan pengimajian.



C.      MAJAS-MAJAS YANG DIGUNAKAN DALAM PERLAMBANGAN
Biasanya majas yang digunakan dalam perlambangan kata adalah majas metonimia dan majas metafora.
1.         Majas Metonimia
              Menurut Altenbernd (1970:21) bahwa metonimia adalah penggunaan atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek itu. Metonimi juga sering disebut dengan pengganti nama.
Contoh puisi: “Kemis Pagi” karya Taufiq Ismail
Hari ini kita tangkap tangan-tangan Kebatilan
Yang selama ini mengenakan seragam kebesaran
Dan menaiki kereta-kereta kencana
Dan menggunakan meterai kerajaan
Dengan suara lantang memperatas-namakan
Kawula dukana yang berpuluh-juta

Hari ini kita serahkan mereka
Untuk digantung di tiang Keadilan
Penyebar bisa fitnah dan dusta durjana
 Bertahun-tahun lamanya

Mereka yang merencanakan seratus mahligai raksasa
Membeli benda-benda tanpa-harga di manca-negara
Dan memperoleh uang emas beratus-juta
Bagi diri sendiri, di bank-bank luar negeri
Merekalah penganjur zina secara terbuka
 Dan menistakan kehormatan wanita, kaum dari ibu kita

Hari ini kita tangkap tangan-tangan Kebatilan
 Kebanyakan anak-anak muda berumur baru belasan
 Yang berangkat dari rumah, pagi tanpa sarapan
Telah kita naiki gedung-gedung itu
Mereka semua pucat, tiada lagi berdaya
Seorang ketika digiring, tersedu
Membuka sendiri tanda kebesaran di pundaknya
Dan berjalan perlahan dengan lemahnya.


1966
Karya:
~Taufiq Ismail~
Benteng
Dalam puisi ini digambarkan penggunaan majas metonimia yang terdapat pada frase ”tangan-tangan kebatilan” adalah untuk mengganti ‘penyelewengan-penyelewengan’ kereta-kereta kencana untuk mengganti mobil-mobil mewah.
2.         Majas Metafora
Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan hanya tidak menggunakan kata pembanding, seperti, bagai, laksana, seumpama, dan sebagainya. Menurut Becker, metafora adalah melihat sesuatu dengan perantaraan benda lain.
Contoh puisi: petikan puisi Padamu Jua karya Amir Hamzah dalam bait kedua
Kaulah kandil kemerlap
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu.
Dalam puisi ‘Padamu Jua’ Amir Hamzah mempersamakan “Kaulah” (Tuhan) dengan “Kandil” (lilin). Dengan kata lain Tuhan adalah penerang atau sumber cahaya bagi manusia, jadi Tuhan dilihat melalui sifat-Nya yang Maha Penerang.

D.      MANFAAT PERLAMBANGAN PADA PUISI
Perlambangan mempunyai efek yang sangat kuat untuk menimbulkan bayangan-bayangan yang mudah ditangkap oleh pancaindra. Perlambangan menjadikan sesuatu yang semula abstrsak menjadi konkret. Itulah sebabnya perlambangan sering sekali dimanfaatkan oleh para penyair untuk lebih mengefektifkan puisi-puisinya.
Hanya perlu kita ketahui, perlambangan tersebut sangat individual sifatnya, artinya tidak semua lambang yang sama mempunyai makna yang sama di dalam berbagai puisi dan bagi setiap penyair. Karena itu menghadapi lambang-lambang dalam puisi, kita dituntut mengembangka imajinasi kita untuk menghubung-hubungkannya dengan hal-hal diluar puisi tersebut.





DAFTAR PUSTAKA

            Suharianto, S. 2009. Pengantar Apresiasi Puisi. Semarang : Bandungan Institute.
            Pradopo, Rahmat Djoko. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
……….http://one.indoskripsi.com/2010/03/judul-makalah/apresiasi puisi/unsur-unsur-puisi. diakses pada tanggal 8April 2012 7.37 pm.
………http://subandowo.blogspot.com/2008/08/analisis-unsur-puisi-fisik.html.diakses pada tanggal 8 April 2012 8.50 pm.

1 komentar:

  1. apakah itu ykin Hari ini kita tangkap tangan-tangan Kebatilan
    Yang selama ini mengenakan seragam kebesaran msuk majas metonimia

    BalasHapus