Senin, 11 Maret 2013

ANAK BARU


Pagi ini awan kelabu menyelimuti seluruh kota. Seperti biasa aku berangkat ke sekolah naik sepeda kesayanganku ini. Sebenarnya keluargaku bukan keluarga miskin yang mengharuskanku menaiki sepeda ke sekolah, tetapi karena padatnya lalu lintas di kota ini membuatku memilih sepeda sebagai alternatifnya. Aku tak peduli kata orang, yang penting  aku senang menjalaninya.
             Seperti biasa, sampai sekolah bangku sebelahku kosong. Memang jumlah murid di sekolahku ganjil dan semua temanku sudah mempunyai pasangan masing-masing. Tapi aku cukup bersyukur, aku masih mempunyai Donna dan Liana yang setia menjadi sahabatku, walaupun duduk mereka berselisih 2 bangku dibelakangku.
“Selamat pagi anak-anak !” kata Pak Joni guru matematika manyapa dengan ramah. Walaupun pelajaran metematika itu paling aku benci, tetapi aku sangat menyenangi gurunya. Pak Joni adalah guru yang ramah dan penyabar,  tidak seperti guru matematika pada umumnya.
“Hari ini kita mendapat teman baru, pindahan dari SMA 175 Jakarta yang bernama Nazar. Kepada Nazar, dipersilahkan untuk memperkenalkan diri,” Kata Pak Joni.
            Dengan wajah penuh senyum, anak baru itu memperkenalkan diri .
“Perkenalkan nama saya Nazar Fatah
Asal sekolah SMA 175 Jakarta                                                                        
Alamat Jl. Merpati Putih nomor 36 , Semarang . terima kasih .”

“Oke Nazar, silahkan duduk dibangku kosong itu,” kata Pak Joni.
            Apa …? Alangkah terkejutnya hatiku, anak baru yang belum ku kenal, duduk di sebelahku. Bagaimana ini? Ya Allah, apa yang akan terjadi.
“Hai, kenalin namaku Nazar.” Suara Nazar menyapaku.
“Aku udah tahu. Tadi kamu sudah memperkenalkan diri. Aku Zania Husain, panggil aja Zania.” Kataku memperkenalan diri dengan gemetaran tanpa memandangnya.
“Tidak usah takut, aku tidak menggigit kok! Enjoy aja.”kata Nazar menenangkan.
“Oke,” kataku sambil mencoba menenangkan diri.
“Btw, kenapa kamu pindah ke semarang?” kataku membuka percakapan agar kesannya tidak garing.”
“Aku ikut ayah pindah ke semarang, ayah pindah tugas ke semarang.”
“Gimana dengan sekolahmu dulu?” kataku.
“Menyenangkan, eh! aku mau pinjam semua mata pelajaran, boleh tidak?” kata Nazar .
“Boleh, besok aku bawain ya . Kamu itu baru pertama kali ke semarang atau sudah berkali-kali?” tanyaku dengan sedikit penasaran.
“Baru kali ini, ternyata semarang itu beda ya dengan apa yang aku pukirkan dulu .”
“Emangnya apa yang kamu pikirkan tentang semarang, yang pasti jangan disamain padang pasir lo, walaupun kenyataanya panas .”                                                                                                  tanyaku.
“Ya nggak lah! Malah ini jauh lebih sejuk daripada Jakarta, mungkin sepuluh kali lipatnya.”
“Masak sih? yang bener aja! kamu pandai nglucu ya.”
“Nggak, aku serius.” kata Nazar menjelaskan
“Terus kenapa kamu memilih SMA IT Al-Fatah ini sebagai sekolahmu padahal kan yang lain nya banyak ?” tanyaku .
“Kenapa ya? mungkin sesuai dengan namaku aja. Aku dan sekolah  islam ini cocok.” jawab Nazar.
“Alasanmu itu nggak masuk akal, tau enggak sih!” kataku.
        Nazar tersenyum jahil. Kemudian kami focus ke pelajaran sampai akhirnya……
TE……..T bel istirahat berbunyi selang beberapa jam kemudian.  
       Dengan senyumnya yang ramah Nazar meninggalkan kelas sambil menatapku yang masih keheranan melihat tingkahnya.
        Hari ini tanggal 6 Oktober 2008 tepat sebulan sebelum ulang tahun ku tanggal 6 November nanti. Ih..! penasaran dengan hari itu. Kerena pada hari itu umurku 17 tahun. Menurut mitos itu adalah hari ultah yang terindah dimasa remaja.
“Hai Za, lagi ngelamunin apa kamu? Cowok baru tadi ya?” goda Liana.
“Nggak! Jangan sok tahu kamu! Aku itu lagi mikirin apa yang akan terjadi saat sweet seventeenku nanti.” kataku menjelaskan.
“Oh! Tunggu aja saat hari H-nya, pasti menyenangkan seperti apa yang udah kita alami ya Na.” kata Donna.
“Tentu!” sahut Liana.
“Udah deh! Jangan bikin aku tambah penasaran. Lagi pula itu kan masih lama, sebulan lagi! Dan aku tidak akan peduli apa yang akan terjadi nanti.” kataku.

“Oh yeah!” kata mereka bersamaan meledekku, seakan omomganku bohong, tetapi sebenarnya aku tidak yakin dangan ucapanku barusan.
“Ke kantin yuk.” Ajak Donna.
“Ayok!” jawabku dan Liana serempak.
         Kemudian kami jalan bersama menuju kantin.
         Selang beberapa saat bel masuk berbunyi. Semua anak masuk kelas, kucuali Erica murid tercantik dikelasku. Dia dan genknya yaitu Mona, Lisa dan Fanny. Mereka berlangganan telat masuk kelas setiap habis istirahat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar