- Pohon-Pohonku Jangan Menangis
Kalau suatu saat aku mesti pergi
Menetap di Afrika atau Australia
Pohon-pohonku jangan menangis.
Tumbuhlah terus sesubur bias
Jangan piker Jawa atau Indonesia
Jangan sedihkan perubahan jaman.
Aku juga tumbuh seperti kalian
Dan membuat sejarah mengalir
Tanpa dihentikan gejolak politik,
Tanpa dignggu kebencian rasial.
Taka da jiwa seharga kebodohan
Tak ada negara boleh membelinya.
Pohon-pohonku jangan menangis
Tetap tumbuhlah dan berdoa
Aku bukan Eropa, Asia, Amerika.
Bukan juga Afrika atau Australia.
Tidak satu benua menelan anaknya
Aku pemilik bumi seperti kalian
Yang menyerap matahari, air
Tanah dan detak jantung planet ini.
Tumbuh-ayo kita berbuah.
Jangan biarkan segelintir politisi
Membatasi jiwa dan cita-citamu
Rumah Meranjat,
Pancoranmas-Depok
1998
Eka Budianta
2.
Analisis
Inti Isi Puisi
Puisi diatas berisi tentang pesan
seorang guru kepada anak didiknya. Pesan dari seorang guru kepada anak didiknya
agar terus belajar, terus berjuang, tidak boleh patah semangat, dan tidak boleh
takut karena adanya perubahan zaman. Seseorang yang memberikan suatu pengertian
kepada rakyatnya agar tetap semangat dan dapat mencapai cita-cita yang
diinginkan.
3.
Analisis
Puisi berdasarkan Aliran
a.
Aliran
Simbolisme
Bait
pertama : ….
Menetap di Afrika atau
Australia
Pohon-pohonku jangan
menangis
Artinya
seorang pengarang berpesan bahwa ketika suatu saat ia tidak berkumpul lagi,
ketika suatu saat ia harus pergi, dan tidak bertemu kembali, ia berpesan kepada
anak didiknya janganlah bersedih, janganlah menangis.
Seorang
pengarang menggunakan simbol pohon-pohon untuk mengibaratkan objek yang dituju
yaitu anak didik (siswanya). Dan ia akan pergi menetap di kota (yang dituju)
diambangkan dengan Afrika atau Australia.
Bait
ketiga : Aku bukan Eropa, Asia, Amerika
Bukan juga Afrika atau
Australia
Tidak satu benua menelan
anaknya
Hal
tersebut menunjukkan seorang pemimpin (guru) yang tega memperbudak rakyatnya
(siswa) tidak satu benua menelan anaknya.
Namun
puisi tersebut hanya berupa sindiran untuk seorang pemimpin, yang makna
sebenarnya ia peduli terhadap rakyat dan tak ingin menyakitinya.
b.
Aliran
Realisme
Bait
kedua : Aku juga tumbuh seperti kalian
Dan membuat sejarah
mengalir
Pada
larik pertama dan kedua dijelaskan bahwa kita dapat bebas menentukan apa yang
terbaik untuk kita. Tumbuh dan menentukan cita-cita sendiri, membuat jalan hidup
seperti yang kita inginkan. Itu sama halnya dilihat dari latar belakang
pengarang yaitu Eka Budianta, dapat diketahui bahwa Eka Budianta merupakan
seorang laki-laki yang mandiri. Dulu ibu beliau menghendaki ia menjadi seorang
doktertetapi ia malah kuliah di jurusan sejarah fakultas sastra Universitas
Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa ia seorang yang ingin menentukan
jalan hidup dan cita-citanya sendiri dan tidak mau dikekang oleh siapapun.
Tanpa dihentikan gejolak politik,
Tanpa diganggu kebencian rasial.
Pada
larik ketiga dan keempat dijelaskan bahwa perjuangan maupun cita-cita tidak bisa
dihentikan oleh apapun, meskipun adanya krisis ekonomi dan krisis politik.
Dapat diketahui bahwa pada tahun 1997-1998, pada saat lahirnya puisi pohon-pohonku jangan menangis ini bangsa
Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi. berlanjut lagi krisis
sosial kemudian ke krisis politik. Akhirnya, juga berkembang menjadi krisis total yang
melumpuhkan nyaris seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa. Dan dampaknya telah dirasakan oleh
masyarakat Indonesia itu sendiri. Namun dalam puisi ini pengarang mengungkapkan
akan semangat dan kegigihan untuk mencapai keberhasilannya.
c.
Aliran
Naturalisme
Bait
kedua :….
Tanpa dihentikan gejolak politik,
Tanpa diganggu kebencian
rasial.
Tak ada jiwa seharga
kebodohan
Tak ada negara boleh
membelinya
Hampir
sama seperti aliran realisme diatas, tetapi aliran naturalisme ini lebih
kompleks. Hal ini ditunjukkan pada bait kedua puisi bahwa meskipun sedang
dilanda krisis ekonomi dan politik tetapi kita harus pandai-pandai memaknai
kehidupan, jangan sampai kita diperbudak oleh zaman, jangan sampai terjajah
seperti di zaman penjajahan dahulu. Tak ada jiwa seharga kebodohan
Tak ada negara boleh
membelinya
Terima kasih untuk analisis ini.
BalasHapusSungguh satu kehormatan bagi saya mendapatkan apresiasi.
Salam - Eka Budianta, 24 September 2020