Senin, 11 Maret 2013

APAKAH KEAJAIBAN TUHAN AKAN DATANG HARI INI ?


Keesokan harinya. Aku bersiap-siap pergi ke Bandung. Campur aduk rasa hati ini. Aku haya ingin ketenangan dan berusaha sabar ikhlas menerima semua ini. Aku tidak peduli tanggal 6 November ultahku yang ke 17, masa bodoh dengan sweet seventeen.
“KAK Nia mau ke mana?”  tanya adik kecilku satu-satunya saudaraku.
“Kakak mau pergi. Kamu belum berangkat sekolah?” tanyaku
“Belum. Kakak mau pergi ke mana?” tanya adikku lagi.
“Ke rumah Eyang. Ayo cepat berangkat. Ditunggu pak Ujang di depan,” kataku.
“Baiklah,” jawab adikku sambil pergi meninggalkan kamarku.
“Zania! Sudah siap?” tanya Om Farhan.
“Udah, Om. Umi, Zania pamit dulu ya, Assalamualaikum wr.wb,”
“waalaikumsalam wr.wb, hati-hati di jalan ya, salam buat Eyang”
Mobil melaju menerobos dinginnya udara pagi. Sang mentari mengiringi laju mobilku dengan sinarnya yang indah.
***
            Malam harinya aku dan Om ku sudah sampai di Bandung. Udara dingin mulai menyelimuti kota pegunungan itu. Rumah Eyangku terletak di puncak bukit yang indah. Eyang dan sepupuku iqbal menyembutku dengan gembira. Kami makan malam bersama dan saling berbagi cerita. Kemudian sholat Isya’ berjamaah yang di imami Om Farhan, adik terkecil ibuku yang masih keturunan Arab, Eyang kakungku asli orang arab yang mendapatkan Utri yang yang asli orang Indonesia pula.
            Keesokan harinya aku bersama sepupuku Iqbal, yang berumur 15 tahun berjalan-jalan dan melakukan aktivitas menyenangkan seperti pergi ke pasar, memasak bersama dan memancing. Dia sengaja tidak berangkat ke sekolah karena ingin menemaniku berlibur. Ibu bapaknya tinggal di Jakarta karena bekerja di sana. Dia tidak mau ikut. Dia ingin menemani Eyang di sini. Lama-lama aku jadi lupa masalahku di Semarang. Aku jadi merasa bahagia. Semoga aku bisa melupakannya dan tidak sedih lagi. Amin.
                                               
***
            Malam ini, malam tanggal 17, menurut Islam kan dihitung dari malam sebelum tanggal itu. Hari yang paling aku nantikan selama ini. Malam ini biasa saja. Aku duduk di taman belakang rumah Eyang. Rumah Eyang terletak di puncak bukit, jadi aku bisa leluasa melihat seluruh pemandangan kota Bandung. Kota Bandung ini seperti dilindungi oleh tembok batu yang kuat, karena bukit-bukit melingkari kota seperti benteng pertahanan. Tiba-tiba aku ingin membuat puisi untuk hari kelahiranku ini.
Malam begitu larut
Bulan seakan tersenyum padaku
Titik titik cahaya
Meneylimuti kota Bandung yang asri
Udara dingin mulai turun
Aku ingat
Sekarang tanggal 6 November
                                                                                                      24
Sekarang juga sudah larut malam
Aku tetap setia berada di sini
Melihat sesuatu keajaiban alam
Mensyukuri nikmat Tuhan yang Agung
Aku tak tahu
Apa yang akan terjadi esok hari
Tiba-tiba, Door! Ada suara kembang api, siapa yang akan menyalakannya?
Dan…
Happy birth day to you…
Happy birth day to you…
Happy birth day ….Happy birth day…
Sweet seenten
Surprise
Aku terkejut sekali ketika melihat di belakangku Liana, Nazar, Donna, mereka ada di sini. Nazar membawa kue ulang tahun yang bertuliskan Happy birth day sweet seventeen to Zania.
Aku melihat arloji di tangan kiriku. Pukul 12.05 Aku masih terbengong mematung di tempat. Aku setengah tidak sadar. Apakah ini mimpi ? Tanyaku dalam hati.
Nazar berjalan menghampiriku. “Zania, happy birth day sweet seventeen. Aku merindukanmu,” kata Nazar yang membuatku tersihir, membekukan seluruh tubuhku bersama dinginnya udara malam.
“Me, too,” kataku dengan bibir gemetaran. Nazar melepaskan jaketnya dan memberikannya kepadaku.
Kemudian Liana dan Donna berjalan ke arahku dengan memegang kue ultah di tangan Liana.
“Zania, Happy birth day. Lupakan hari kemarin, impikanlah hari esok,” kata Liana.
“Happy birth day sweet seventeen,” kata Donna
Aku tak tahan, membiarkan air mataku menetes tanpa kusadari mengalir di kedua pipiku. Aku tidak bisa berkata-apa-apa. Zania yang selama ini tegar kenapa bisa menangis di saat seperti ini?
“Zania, sekarang tiup lilinnya,” pinta Nazar.
Aku meniup lilin tanpa berkata apa-apa, aku masih syok.
“Boleh aku bertanya?” tanyaku.
“Zania biasa saja kali. Kita kan teman,” kata Donna sambil berjalan bersama kami semua ke teras belakang.
“Apa yang sedang terjadi? Aku tidak mengerti. Aku harap salah satu dari kalian ada yang mau menjelaskan ini semua. Aku tidak akan bisa tenang sebelum semuanya jelas.”
“Oke,” kata Nazar mulai menjelaskan “Ini semua sebetulnya salah kami, kami yang menyusun rencana kejutan ini untukmu. Tapi masalah kamu di skors itu sebuah kecelakaan. Itu di luar dugaan kami. Kami sungguh minta maaf setulusnya dari hati yang terdalam. Tetapi tenang saja. Kami semua sudah menangkap siapa orang yang telah menfitnahmu. Kamu tak perlu tahu. Itu tidak penting. Dan sangsi atas dirimu telah dicabut. Kamu bisa mulai berangkat sekolah besok. Mungkin besok kamu akan tahu sendiri siapa yang tega berbuat sekeji ini padamu.”
“Semua itu benar.” Kata Liana menambahkan.
“Zania! Aku dan Liana akan kedalam sebentar , kamu tunggu disni ya!” kata Donna yang kemudian melangkah pergi kedalam rumah Eyang.
“ Tapi aku! ….
“Sudahlah tidak papa.” Tambah Liana yang kemudian manyusulnya pergi.

           Aku terdiam menunduk tak tahu harus berkata apa. Ditempat itu hanya ada aku dan Nazar. Pandangan mataku hanya terpaku pada kue ulang tahun yang ada didepanku.
“Udaranya dingin ya, sedingin hatiku yang kacau balau saat ini.” Kata Nazar memulai pembicaraan.
           Aku masih tidak mengerti apa yang dibicarakannya tadi. Bukankah yang hatinya sedang kacau balau sekarang aku.
“Zania ada yang harus ku bicarakan denganmu! Mulai lusa aku akan tinggal di Jakarta lagi!
           Aku terkejut! Aku tak percaya semuanya! kepalaku kutegakkan, kucoba memberanikan diri melihati wajah Nazar, aku tahu! Dengan sorot matanya yang parau Nazar  berat hati  mengatakan itu. Tanpa kusadari air mataku manetes lagi.
“Sebenarnya aku adalah anak tunggal dari keluarga broken. Papa dan mamaku bercerai. Setelah sebulan ikut papaku di Semarang, mama yang ada di Jakarta sakit-sakitan karenaku. Sekarang sakit mama semakin parah, dan aku harus menemaninya tinggal di Jakarta. Sebelumnya aku minta maaf karena tidak memberitahumu lebih dulu, karena aku tidak ingin kamu ikut larut dalam kesedihanku. Aku sedih sekali ninggalin kamu di Semarang. Kamu adalah satu-satunya cewek yang membuatku kagum.Tetapi ………….
“Kamu jangan tinggalin aku.” Sergahku. “Kamu harus berada disampingku selamanya.” sergahku lagi.
“Sudah lah jangan menangis lagi, kacantikanmu akan hilang kalau kau tetep menangis.” goda Nazar.
“ Aku tak peduli!” Kataku.
“Besok masih ada waktu sehari sebelum aku pergi ke Jakarta. Kita bisa menghabiskan waktu bersama dengan kedua temanmu juga.” Kata Nazar menenangkan.
“Tetapi aku tidak bisa berpisah denganmu. Aku te…..”
“Cukup Zania. sikapmu yang seperi ini akan mempersulit keadaan. Aku tahu apa yang kau rasakan karena aku juga merasakannya. Dan aku berjanji suatu saat aku akan ke Semarang untuk menemuimu.”
“Tetapi aku pasti akan kangen banget sama kamu,” kataku menyangkal.
“Aku juga,”
“Kenapa secepat ini bertemu dan berpisah. Aku menyesal telah bertemu denganmu,” kataku.
“Jangan pernah kau sesali pertemuan ini. Melaluimu aku telah belajar banyak hal. Engkau telah merubah hidupku, kau membuatku merasakan apa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Thanks Zania very much,”
Aku tak sanggup berkataapa-apa lagi, terlalu sulit untuk menerima kenyataan ini. Donna dan Liana menghampiriku dengan membawa 4 piring kecil bersama sendok dan pisaunya.
“Sudahlah, jangan dipikirin. Enjoy aja. Ikuti saja laju air akan dibawa ke mana kita,” kata Liana.
“Thanks to all. Aku tidak akan pernah melupakan kejadian malam ini seumur hidupku.,” kataku.
“Untuk merayakan hari jadimu ini, kita akan ke mana?” tanya Donna.
“Kita muter-muter Bandung aja, sambil makan. Aku traktir deh. Oke semua?” kata Nazar.
“Tunggu. Tapikan yang Ulang tahun aku, masa Nazar yang traktir sih?”
“Ya udah. Kamu yang traktir, tapi yang enak lo, awas kalau nggak enak.”
“Ih iya iya,” jawabku.
Lalu kita semua masuk rumah dan tidur bersiap menyambut hari esok yang cerah.
                                                   
***
            Keesokan harinya kami semua melakukan kegiatan sesuai rencana setelah berpamitan pulang dengan Eyang. Dan langsung kembali menuju  Semarang.
            Sesampainya di rumah alangkah terkejutnya aku. Di dalam kamarku terdapat banyak kado. Aku buka salah satu kado yang berwarna merah menyala. Ternyata dari Nazar, di dalamnya terdapat senuah MP4. Seri terbaru dari nokia dan setelah kudengarkan ternyata berisi murotal al Qur’an yang sama dengan kaset yang kubeli dengannya kemarin. Di dalamnya juga terdapat surat.
To Zania tersayang yang selalu di sayang Tuhan dan yang empunya surat.
Jangan lupakan Al Qur’an. Aku ingin terus bersamamu.
No HP: 0859977665
Alamat: Jalan Pekanbaru nomer 5 Jakarta Selatan                                                                                                           Terlalu banyak hadiah hari ini. Terimakasih ya Allah, engkau memang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Engkau telah menjawab pertanyaanku. Apa yang akan terjadi pada orang yang memfitnahku ya?
Aku terus berangan-angan sambil melihat atap-atap kamarku yang berhiaskan awan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar